468x60 Ads



Semangkok Bubur di Hari Ulang Tahunku. Anggi Ayu Lestari. Kelas IX B


Nama : Anggi Ayu Lestari
Kelas : 9B
No. Urut : 07



Semangkuk Bubur di Hari Ulang Tahunku

Kampung Karya Kita (K3)™: Desember 2011
 
  Dikisahkan disuatu keluarga, biasanya di hari ulang tahun Rani, ibu pasti sibuk berada di dapur untuk memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang ditunggu, betapa kecewa hati Rani, ketika melihat meja makan kosong, tidak nampak sedikit pun bayangan makanan kesukaannya terletak dimeja makannya. Rani pun merasa kesal, marah, dan jengkel atas hal tersebut.

"Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Apa ibu sudah lupa dengan hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan,"gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti gara-gara Billa sakit semalam sehingga ibu lupa dengan hari ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"sindir Rani terhadap Billa.

    Rani pun menunggu sampai siang, sepertinya orang serumah tidak ada yang peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberikan ucapan selamat, ciuman, atau memberi kado untuknya.

      Dengan perasaan marah dan sedih, Rani pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah begitu saja. Dengan kondisi perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan tak tau arah. Saat Rani melewati sebuah gerobak penjual bubur dan mencium aroma nikmat dari bubur tersebut, tiba-tiba Rani sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas semangkuk bubur.

"Mau beli bubur, neng? Duduk saja di dalam," sapa si tukang bubur. 
"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.
"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin bubur yang super enak."
Rani pun segera duduk di dalam.

"Saya jadi ingat ibu saya, bang. Sebenarnya... hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang."

"Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orang tua sendiri neng, ntar nyesel lho."tukang bubur sedikit memberikan nasehat.

Rani seketika tersadar, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"

      Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Rani bergegas pergi. Setibanya di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega,

"Rani, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Rani, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan Rani. Rani pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu."
"Ibu, maafkan Rani, Bu," Rani pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Rani semakin menyesal, ternyata di dalam rumah sudah hadir sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Rani membuatkan pesta kejutan untuk anak kesayangannya.

       Saat kita mendapatkan pertolongan atau menerima suatu pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering kali kita merasa begitu senang dan selalu berterima kasih kepadanya. Namun sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu, kapan pun.

       Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri. Maka untuk itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya.





0 comments:

Post a Comment

 
. © 2016 Design by Manisum | Sponsored by bkktkm - bkktkm - bkktkm