Selendang Kinanti
Cerpen Karya : Adinia Ferlita Putri
Kinanti dan Nesa adalah dua bersahabat di
kelas 8 SMP Puspa Bangsa. Keduanya cukup akrab karena mereka di kelas 7 juga
sekelas. Di kelas 8 ini mereka duduk sebangku sehingga semakin akrab. Keduanya rajin,
aktif dalam kegiatan dan juga sama-sama pintar. Perbedaannya, Kinanti berasal
dari keluarga pegawai sederhana, sementara Nesa anak orang kaya. Nesa sangat
baik terhadap Kinanti, dia suka membawakan makanan yang enak ke sekolah. Kadang
juga Kinanti diajak bermain ke rumahnya sepulang sekolah. Kinanti mau kalau dia
sudah minta izin pada ibunya.
Pagi
itu seperti biasa Kinanti berangkat pagi dan langsung menuju kelasnya. Hampir
bersamaan Nesa juga datang dan terlihat gembira serta langsung menyapa Kinanti.
“Hai,
Ki, apa kabar kamu hari ini?”
“Baik,
bagaimana dengan kamu, hari ini tampak gembira,” jawab Kinanti. Nesa tertawa
riang, dan bercerita penuh semangat.
“Ayahku
berjanji mau memberi hadiah ulang tahun handpone
terbaru,” tawa Nesa melebar.
“Handpone-mu kan masih baru Nes, kalau
tidak salah hadiah ultahmu setahun yang lalu,” ungkap Kinanti.
“Sudah
tertinggal zaman itu handpone Ki,
yang aku minta lagi ini ram nya besar dan bisa untuk aplikasi apa saja,“ jawab
Nesa.
“O,
begitu, syukurlah semoga bermanfaat untuk kamu Nes, bisa mendukung aktivitasmu,”
ucap Kinanti.
“O,
ya jelaslah mendukung, aku akan memanfaatkan sebaik-baiknya fasilitas yang
diberi ayahku ini,” jawab Nesa lagi penuh semangat. Nesa diam sebentar kemudian
melanjutkan ucapannya.
“Tapi
ngomong-ngomong bukannya kamu juga sebentar lagi ultah Ki, kita kan cuma beda 5
hari tanggal lahirnya,“ kata Nesa.
“Iya
betul,“ jawab Kinanti datar.
“Terus
apa hadiah ultah dari ayahmu, ayo cerita dong,“ kejar Nesa.
Bel
tanda masuk berbunyi, Nesa dan Kinanti merapikan duduknya.
“Ya
tidak tahulah Nes, eh sudah bel masuk, ayo siap-siap pelajaran Bahasa
Indonesia,“ kata Kinanti memotong pembicaraan dan bersiap mengikuti pelajaran
jam pertama. Keduanya lantas tekun mengikuti pelajaran demi pelajaran seperti biasa.
Di
hari ulang tahunnya, sepulang sekolah Nesa mengajak Kinanti ke rumahnya. Berdua
masing-masing mengayuh sepeda menuju rumah Nesa. Sesampai di rumah Nesa,
Kinanti segera dipameri sebuah handpone
baru branded dengan seri terbaru.
Kinanti berdecak kagum dan ikut merasakan kegembiraan Nesa. Betapa tidak
gembira, dengan handpone baru ini
Nesa bisa melakukan apa saja kegiatannya. Bahkan Nesa bisa melihat dunia
seluas-luasnya hanya melalui genggamannya. Kinanti tentunya juga sangat
menginginkan hadiah ulang tahun seperti itu dari ayahnya. Namun itu sesuatu
yang tidak mungkin mengingat ayahnya hanyalah seorang pegawai biasa. Kinanti
hanya berharap seperti biasa dibuatkan nasi kuning dan berdoa bersama ayah, ibu
dan kakaknya. Nasi kuning yang dibuat ibu juga dibagikan ke tetangga dekat.
Lima
hari berselang, sore itu Kinanti dibuatkan nasi kuning dan sebagian sudah
dibagikan ke tetangga. Setelah shalat maghrib ayah, ibu, Kak Arman dan Kinanti
berkumpul di ruang keluarga. Nasi kuning diletakkan di meja dan mereka berdoa
bersama untuk keselamatan Kinanti dan juga seluruh keluarga. Selesai berdoa,
nasi kuning dibagi oleh ibu dan pertama kalinya diberikan kepada Kinanti.
Berikutnya mereka makan bersama-sama, dan itu sudah sangat membahagiakan
Kinanti. Selesai makan, ibu tidak buru-buru membereskan meja tetapi duduk diam
seperti ada yang ditunggu.
“Ayo,
Ayah, mana hadiah yang disiapkan untuk Kinanti,” kata Ibu kepada Ayah sambil
mengedip-ngedipkan mata.“Ada yang tidak sabar menunggu nih.”
“Ibu
kali yang tidak sabar menunggu, memangnya ada hadiah untuk Kinanti ?” tanya
Kinanti dengan mata berbinar.
“Ada
dong, bagi-bagi lho,” ledek Kak Arman.
“Yee…..sukanya
begitu Kakak,” sahut Kinanti merengut.
Ayah
mengambil bungkusan kado dari kamar dan menyerahkannya kepada Kinanti. Disusul
kemudian Ibu dan Kak Arman memberi kado yang terbungkus indah. Kinanti merasa
terharu dan sangat berbahagia. Dipeluknya Ayah, Ibu dan Kak Arman bergantian
sambil mengucapkan terimakasih. Kinanti tak sabar untuk membuka hadiah dari
ayah, ibu dan kakaknya. Hadiah dari ayah sebuah selendang tari warna kuning yang
indah. Hadiah dari ibu boneka beruang putih yang lucu, sedangkan dari Kak Arman
sebungkus coklat lezat.
“Ayah
ingin kamu bisa memanfaatkan selendang itu dengan sebaik-baiknya. Ayah tahu
kamu sedang giat berlatih karena dikirim
lomba tari tingkat kabupaten oleh sekolahmu. Semoga kau berhasil, nak, rajinlah
berlatih jangan pernah merasa lelah sebelum selesai perjuangan,” kata Ayah
sambil menepuk-nepuk Kinanti. Ibu dan kakak tersenyum bangga memberi semangat
Kinanti
“Iya,
Ayah, aku akan giat berlatih,” jawab Kinanti.
Sejak
itu Kinanti semakin giat berlatih mempersiapkan lomba Festival Seni tingkat
kabupaten. Ibu guru pembimbingnya bangga dengan semangat juara Kinanti. Kinanti
ingin menunjukkan bahwa dia bisa. Tanpa mengurangi aktivitas belajarnya, setiap
sore dia pergi berlatih tari pada gurunya. Dia rela menolak ajakan Nesa bermain
game di rumahnya dengan handphone
barunya.
Persiapan
latihan yang dilakukan Kinanti sangat membanggakan. Hampir tidak ada waktu
istirahat dari sepulang sekolah dilanjutkan latihan tari sore hari. Sebaliknya
Nesa semakin sibuk dengan handphone barunya
di rumah. Biasanya Nesa sehabis pulang sekolah mengajak teman-temannya belajar
kelompok di sekolah. Sekarang dia akan buru-buru pulang dan bermain game dengan
handphone barunya.
Minggu
ini tes penilaian tengah semester, Kinanti fokus pada kegiatan tesnya. Dan
setelah tes berakhir dan hasilnya dibagikan, Kinanti bersyukur karena hasilnya
ada peningkatan meskipun sibuk berlatih tari.. Sebaliknya Nesa, dia tampak
murung karena hasil tesnya kali ini sangat mengecewakan dan Nesa tampak
menyesali nilainya.
“Tidak
usah bersedih, Nesa. Yang penting setelah ini kamu lebih giat lagi belajar
supaya hasil nilai raportmu tetap bagus,” hibur Kinanti pada Nesa.
“Terimakasih,
Kinan, kamu memang sahabatku yang paling baik. Aku menyesal dengan nilai-nilai
tesku, tapi aku berjanji setelah ini akan giat lagi belajar. Aku tidak akan
lagi terpedaya dengan adanya handphone
baruku. Justru akan kumanfaatkan handphone-ku
dengan sebaik-baiknya. Akan kumanfaatkan untuk kepentingan belajarku dan
kegiatan-kegiatanku,” ucap Nesa berjanji pada dirinya sendiri.
“Baguslah
kalau begitu Nesa, mari kita berlomba untuk berprestasi lebih baik. Besok aku
akan minta izin ibu guru supaya kamu boleh merekamku ketika lomba tari. Aku
bisa minta tolong kamu merekam pakai handpone
barumu kan?” kata Kinanti sambil mengedipkan mata ke arah Nesa.
“Oh,
tentu saja kalau ibu guru mengizinkan aku akan sangat senang. Aku akan menemanimu
ke tempat lomba dan merekammu,” jawab Nesa.
Saat
lomba tiba, Kinanti berangkat dengan ibu guru pembimbing dan juga Nesa yang
ikut khusus untuk merekam tariannya nanti. Kinanti sangat cantik dengan kostum
tari Gambyongnya lengkap dengan selendang kuning hadiah ayah. Dengan memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa dia mengeluarkan segenap kemampuan menarinya. Pikirannya
terpusat pada gending-gending Jawa yang dimainkan pengiringnya. Tari klasik
Jawa Tengah yang biasa untuk menyambut tamu Keraton Surakarta itu tampak indah
dalam gerakan Kinanti. Dan Kinanti dapat menyelesaikan tarian Gambyongnya
dengan sempurna. Tepuk tangan gemuruh dari penonton mengiringi langkah kaki
Kinanti meninggalkan panggung. Dan ketika lomba selesai diumumkan, juara 1
diraih oleh Kinanti. Dia berhak membawa pulang piala kejuaraan dan piagam serta
maju lomba tingkat provinsi.
Ayah,
ibu dan Kak Arman sangat gembira dengan keberhasilan Kinanti. Demikian juga
bapak ibu guru dan teman-temannya ikut merasakan kegembiraan Kinanti.
Selanjutnya Kinanti lebih serius berlatih untuk lomba di tingkat provinsi.
Kepala sekolah telah menyiapkan seorang pembimbing profesional dari sanggar
tari ternama untuk mendampingi ibu guru pembimbingnya. Perjalanan masih panjang
untuk Kinanti supaya berjuang lebih keras lagi. Kinanti ingin mewujudkan mimpinya
menjadi penari ternama yang dapat dibanggakan keluarganya. Dia ingin selendang
hadiah ayahnya bisa mengantarkannya kepada mimpinya. Dia terus berlatih hingga
kemudian dia juga meraih juara tingkat provinsi.
Sementara
itu Nesa mengolah hasil rekaman tarian Kinanti dan meng-upload-nya di Youtube.
Dan sungguh luar biasa respon para
netizen, banyak like dari para viewer. Beberapa diantaranya orang Eropa
yang kemudian menurut Nesa akan berwisata dengan rombongan ke Bali dan
Jogjakarta. Setelah itu terjalin komunikasi dengan orang Eropa itu, yang tepatnya
orang Belanda. Menurut Nesa, mereka ingin mengontrak tarian Gambyong Kinanti
sebagai salah satu kunjungan wisatanya. Sungguh sesuatu yang sangat luar biasa
bagi Kiananti dan juga Nesa. Hanya dengan genggaman tangan tarian Gambong
Kinanti dapat terakses menjangkau dunia luas. Tidak hanya itu, dari dalam
negeri pun ada tawaran-tawaran pentas datang dari beberapa viewer.
Nesa
menjadi sibuk mengelola tawaran-tawaran pentas Kinanti. Dia langsung
seolah-olah menjadi manajer pementasan Kinanti. Kinanti sendiri tengah sibuk
mempersiapkan lomba tingkat nasional yang dilaksanakan beberapa hari lagi. Dan
meskipun akhirnya Kinanti hanya masuk 6 besar di tingkat nasional, di sisi lain
namanya sudah mempunyai akses di dunia
yang lebih luas. Kinanti dengan tari Gambyong dan selendang kuningnya telah
mampu menggenggam dunia.