468x60 Ads



Sukses untuk lulusan SMPN 1 MIRIT

Beriman, Santun, Berprestasi dan Terampil

Guru-Guru SMPN 1 Mirit

Guru adalah Pamong, orang tua pengganti yang dipercaya mendidik siswa-siswinya

Staf Tata Usaha

Syukuran HUT Sekolah Ke-40

Prestasi Tiada Henti

Semangat Berprestasi

Seimbangkan jiwa dan raga

HUT Sekolah ke-40

Study Tour 2020

Study Tour ke Jatim Park


Tugas 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

0 comments

t Sains//Selamat Datang di Sahaba

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Menilik perannya sebagai pemimpin pembelajaran, guru berorientasi pada terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, yaitu pelajar yang beriman, mandiri, kritis, kratif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Namun, dalam melaksanakan perannya tersebut, guru sering dihadapkan dalam pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika.

Secara umum, pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika dapat dikategorikan seabgai berikut :

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Dilema etika adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru, saat mengahadapi pengambilan keputusan yang mengandung dlema etika, yaitu melalui 9 tahap pengujian, yaitu sebagi berikut :

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.  

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

4. Pengujian benar atau salah

·       Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

·       Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya,  seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

·       Uji Intuisi=Berpikir berbasis peraturan

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.  Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

·       Uji Halaman Depan Koran = Berpikir berbasis akhir

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

·       Uji Panutan/Idola= Berpikir berbasis perduli

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6. Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7. Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

8. Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Setelah melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan yang mengadung dilema etika, guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat yakin dan mantap untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya.

Sebagai bahan catatan, apabila keputusan yang diambil saat diuji legal, ternyata ada pelanggaran hukum maka dapat dipastikan, itu bukan permasalahan yang mengandung dilema etika, melainkan merupakan bujukan moral. Paradigmanya, bukan benar lawan benar lagi, melainkan benar lawan salah. Maka kita harus memilih yang benar.

Keputusan yang diambil akan sangat sulit dapat memuaskan semua pihak. Itu adalah hal yang wajar. Yang terpenting, sebagai peimimpin pembelajaran, seorang guru harus berani mengambil keputusan yang mengadandung dilema etika dengan pertimbangan utama, keputusan yang diambil memihak pada murid.

 

 

Workshop Review KTSP dan Peningkatan Kompetensi Guru SMPN 1 Mirit TP. 2021/2022

0 comments

Pada hari Rabu, Kamis, dan Sabtu, tanggal 15, 16, dan 18 September 2021. SMP Negeri 1 Mirit Kabupaten Kebumen mengadakan workshop review KTSP dan peningkatan kompetensi guru yang diikuti oleh semua guru dan karyawan SMP Negeri 1 Mirit sejumlah 54 orang. 

Narasumber review KTSP, beliau Bapak Adhi Suroso, M.Pd., Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen, dan Bapak Agus Sudarmanto, S.Pd., wakil kepala SMP Negeri 1 Mirit. Adapun materi peningkatan kompetensi guru, yaitu : 1) Penulisan karya ilmiah Best Practice dan PTK, sedianya diisi oleh Drs Kartono, M.Hum. dari Jogja. Namun, beliau berhalangan hadir karena masih masa PPKM sehingga digantikan oleh Bapak Adhy Suroso, M.Pd. 2) Sosialisasi PGP (Program Guru Penggerak) oleh Bapak Aris Margono, M.Pd. 3) Penggunaan akun belajar.id bagi guru dan siswa. Diisi oleh Bapak Basuki Rahmat, S.Pd. 

Acara berlangsung dengan lancar, hangat, dan kental dengan nuansa akademis. Sebagai tidak lanjut dari workshop review KTSP dan peningkatan komptensi guru ini. Sembilan orang guru ditambah kepala sekolah akan melaksanakan kegiatan menulis best practice selama 10 kali pertemuan yang akan dipandu oleh Bapak Adhy Suroso, M.Pd. dengan terget bulan Desember selesai sehingga dapat diajukan untuk PAK tahunan. Semoga sukses!












DILEMA ETIKA

0 comments

Tugas 3.1.a.7. 

Demonstrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

MEMBUAT JURNAL MONOLOG (DISKUSI DENGAN DIRI SENDIRI)

Dalam menjalankan tugas di sekolah, sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai wali kelas, sebagai kepala perpustakaan, sebagai kordinator bidang sarpras, sebagai pembina ekstrakurikuler jurnalistik, dan sebagai pembina ekstrakurikuler PMR, serta sering kali terlibat dalam kepanitian, seperti PPDB, PTS, PAS, dan kepanitiaan lainnya, apalagi saya, juga sering diminta membimbing siswa untuk mengikuti kegiatan perlombaan, dan saya sendiri juga saya juga sering mengikuti kegiatan lomba. Rasanya membayangkan saja, saya sudah mengultimatum diri sendiri agar tetap kuat dan dan ikhlas untuk melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab yang berat itu.

Di dalam hati, sebenar-benarnya saya ingin menyampaikan semacam permintaan kepada pimpinan dalam hal ini kepala sekolah, agar tugas saya dikurangi, terutama yang saya rasa dapat dikurangi, yaitu beban mengajar sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan jam mengajar 24 jam, dan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan dengan beban kerja setara 12 jam.

Kondisi beban kerja yang menurut saya sangat extra ini saya alami sejak saya mutasi ke SMP Negeri 1 Mirit, yaitu pada awal tahun pelajaran 2019/2020. Sebagai orang baru di sekolah ini, saya hanya menerima saja semua tugas yang diberikan kepada saya dengan perasaan yang saya ikhlas-ikhlaskan, agar hati ini bisa menerima dan menjalaninya dengan mudah.

Di awal tahun pelajaran 2021/2022 , setelah dua tahun lebih saya di SMP Negeri 1 Mirit, saya sudah mulai memahami situasinya. Pada rapat pembagian tugas, di awal tahun pelajaran 2021/2022 sebenarnya ingin sekali saya menyampaikan di forum rapat tersebut atau menyampaikan secara pribadi kepada kepala sekolah agar saya hanya diberi tugas mengajar 12 jam dan 12 jam tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan. Alasannya, agar saya dapat bekerja dengan maskimal. Perpustakaannya dapat saya kelola dengan baik, dan tugas mengajar dapat saya lakukan dengan maksimal, serta tugas-tugas lainnya yang diberikan kepada saya juga dapat saya lakukan dengan maksimal.

Keinginan saya untuk menyampaikan keluhaan dan harapan saya itu, hanya berhenti di hati dan pikiran saya sandiri. Saya tidak mampu untuk menyampaikannya di forum rapat pembagian tugas, atau kepada kepala sekolah secara pribadi. Saya merasa tidak enak, utamanya kepada kepala sekolah yang saya rasa begitu menaruh harapan besar agar saya dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada saya dengan baik. Saya juga merasa tidak enak pada rekan sejawat yang saya tahu sendiri bahwa sebagian dari mereka juga memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang berat seperti saya.

Pada bulan April 2021 saya mengikuti PGP (program Guru Penggerak). Dari salah satu materi yang ada di program guru penggerak, yaitu pada modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya menjadi tahu bahwa kondisi yang saya alami di sekolah berkaitan dengan beban kerja saya yang menurut saya ekstra berat itu, tapi saya hanya menerimanya saja, tidak berani untuk usul atau minta untuk dikurangi, karena merasa tidak enak terutama kepada kepala sekolah dan rekan sejawat yang juga memiliki beban kerja yang berat seperti saya. Kondisi yang saya alami itu disebut dilema etika.

Untuk mengambil keputusan dalam kasus yang mengadung dilema etika seperti yang terjadi pada diri saya ini, ada langkah-langkah yang perlu dilakukan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Langkah-langkah tersebut, yaitu :

1.  Mengenali jenis pardigma etika yang terdiri atas 4, yaitu : (1) individu lawan masyarakat, (2) rasa keadilan lawan rasa kasihan, (3) kebenaran lawan kesetiaan, dan (4) jangka pendek lawan jangka Panjang.

2.  Memahamai 3 prinsip pengambilan keputusan, yaitu : (1) berpikir berbasis hasil akhir, (2) berpikir berbasis rasa peduli, dan (3) berpikir berbasis peraturan.

3.  Melakukan 9 langkah pengujian keputusan, yaitu :

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.  

 

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

 

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

 

4. Pengujian benar atau salah

·       Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

 

·       Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya,  seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

 

·       Uji Intuisi=Berpikir berbasis peraturan

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.  Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

 

·       Uji Halaman Depan Koran = Berpikir berbasis akhir

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

 

·       Uji Panutan/Idola= Berpikir berbasis perduli

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

 

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting

 

6. Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

·       Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

·       Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

·       Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

7. Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

 

8. Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

 

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Setelah saya, mengetahui teori tentang pengambilan keputusan yang mengadung dilema etika, saya akan mencoba untuk menerpakannya dalam kasus dilema etika yang saya alami sendiri.

Langkah-langkah yang akan saya lakukan dengan mengikuti petunjuk seperti yang sudah dipaparkan di atas.

Rencananya, saya akan memulai untuk menganalis kasus dilema etika yang saya alami ini diminggu ke 3 bulan September 2021. Harapannya, saya dapat menemukan keputusan terbaik setelah melalui 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

Untuk membantu saya dalam menyelesaikan permasalahan saya ini, saya akan minta bantuan rekan saya, guru BK yang cukup dekat dengan saya dan cukup menguasai teori dan praktik dalam pemecahan kasus atau permasalahan. Saya akan mengajaknya berdiskusi tentang permasalahan yang saya alami ini, dan meminta bantuannya untuk mendampingi saya dalam menyelesaikan masalah dilema etika yang saya hadapi ini.

 

 

 

 

 
. © 2016 Design by Manisum | Sponsored by bkktkm - bkktkm - bkktkm