468x60 Ads



Sukses untuk lulusan SMPN 1 MIRIT

Beriman, Santun, Berprestasi dan Terampil

Guru-Guru SMPN 1 Mirit

Guru adalah Pamong, orang tua pengganti yang dipercaya mendidik siswa-siswinya

Staf Tata Usaha

Syukuran HUT Sekolah Ke-40

Prestasi Tiada Henti

Semangat Berprestasi

Seimbangkan jiwa dan raga

HUT Sekolah ke-40

Study Tour 2020

Study Tour ke Jatim Park


COACHING

0 comments


 

2.3.A.9 KONEKSI ANTAR MATERI COACHING

Oleh : Aris Margono

Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, di mana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grnad, 1999).

Adapun menurut International Coach Federation (ICF), coaching adalah bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach, yaitu :

1. Keterampilan membangun dasar proses coaching

2. Keterampilan berkomunikasi

3. Keterampilan berhubungan baik

4. Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran hendaknya memiliki keterampilan choaching karena choaching memiliki peran yang sangat penting untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama.  

Perbedaan antara coaching, konseling, dan mentoring dalam konteks pendidikan :  

1. Coaching mengarahkan coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya.

2. Konseling membantu konsell memecahkan masalahnya.

3. Mentoring membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya.

Dalam perannya sebagai seorang cocah, guru dituntut mampun mempraktikan komunikasi yang memberdayakan. Ada empat unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan, yaitu :

1. Saling mempercayai

2. Menggunakan data yang benar

3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi

4. Rencana tindak lanjut atau aksi

Untuk mendukung praktik coaching, ada empat aspek komunikasi yang perlu dipahami dan dilatih :

1. Komunikasi asretif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lai, namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-kak serta perasaan pihak lain tanpa bermaksud menyerang orang lain.

2. Pendengar aktif, yaitu sebuah sikap memperhatikan dan mendengarkan setiap perkataan atau perbincangan orang lain. Sikap mendengarkan yang terfokus dan selalu memberikan respon-respon komunikasi nonverbal dan verbal secara sederhana.

3. Bertanya efektif, yaitu bertanya untuk memberdayakan, caranya antara lain : a. jangan mengajukan pertanyaan tertutup, b. gali lebih dalam, dan c. jangan menginterupsi.

4. Umpan balik positif, yaitu memberikan tanggapan yang positif yang menandakan bahwa coach benar-benar memahami dan mau bekerja sama dengan coachee untuk mencapai tujuan coaching.

Model coaching untuk konteks pendidikan, yaitu TIRTA yang merupakan singktan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggung jawab. Model ini dikembangkan dari model coaching yang dikenal sangat laus dan sudah diaplikasikan, yaitu GROW Model (Goal, Reality, Options, Will).

Keterkaitan Coaching dengan Materi Sebelumnya, yaitu  Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional.

1. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlinson, 2000). Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi, terlebih dahulu kita perlu memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek, yaitu 1) kesiapan, 2) minat, dan 3) profil belajar murid. Dalam proses memetkan kebutuhan belajar murid tersebut dapat dilakukan melalui proses coaching.

2. Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai sikap sosial dan emosional. Pemebalajaran sosial emosional salah satunya bertujuan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dalam membimbing murid membuat kepeutusan bertanggung jawab salah satunya dapat dilakukan melalui proses coaching. 

Secara lebih mendasar, apabila dikaitkan dengan tujuan pendidikan menurut KHD, yaitu pendidikan yang memerdekakan. Merdeka yang berarti setiap orang bisa memilih jadi apa saja, namun tetap menghargai kemerdekaan orang lain. Maka dalam pelaksanannya, coaching pun menggunakan prinsip tersebut. Di sini, peran guru sebagai coach adalah membantu murid untuk tumbuh berkembang melejitkan potensi yang dimilikinya sehingga dapat mencapai kebahagiaan sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat.

 






 
. © 2016 Design by Manisum | Sponsored by bkktkm - bkktkm - bkktkm