468x60 Ads



Sukses untuk lulusan SMPN 1 MIRIT

Beriman, Santun, Berprestasi dan Terampil

Guru-Guru SMPN 1 Mirit

Guru adalah Pamong, orang tua pengganti yang dipercaya mendidik siswa-siswinya

Staf Tata Usaha

Syukuran HUT Sekolah Ke-40

Prestasi Tiada Henti

Semangat Berprestasi

Seimbangkan jiwa dan raga

HUT Sekolah ke-40

Study Tour 2020

Study Tour ke Jatim Park


Showing posts with label BAHAN AJAR. Show all posts
Showing posts with label BAHAN AJAR. Show all posts

Bahan Ajar Menggubah Cerita Fiksi Bermuatan Kearifan Lokal Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Mading Digital Sekolah

0 comments

Langkah-Langkah Pembelajaran Menggubah Cerita Fiksi Bermuatan Kearifan Lokal Melalui

Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Mading Digital Sekolah.

1. Membentuk kelompok atau boleh juga sendiri.

2. Membuka website mading digital sekolah melalui alamat  www.smpn1mirit.com atau dengan

    meng-klik emoji ok hand sign ini! 👌

3. Memaca teks narasi bermuatan kearifan lokal berjudul Dewi Reksolani yang terdapat dalam e-book 

    berjudul Mbah Lancing dengan meng-klik emoji man ini! 👨

4. Membaca teks atau menonton video, contoh menggubah cerita fiksi berjudul Kegigihan Dewi 

    Reksolani!

    * Contoh menggubah teks cerita fiksi berjudul Dewi Resolani. Klik emoji princess ini! ðŸ‘¸

    * Contoh menggubah video cerita fiksi berjudul Dewi Reksolani. Klik emoji girl ini! 👧 

5. Memilih salah satu teks narasi dalam e-book berjudul Mbah Lancing untuk digubah menjadi cerita 

    fiksi dalam format teks atau video!

6. Menyusun rencana kerja menggubah cerita fiksi bermuatan kearifan lokal dalam bentuk tabel!  

    Untuk melihat contoh rencana kerja. Klik emoji eyes ini! 👀

7. Mengomunikasikan rencana kerja yang sudah disusun kepada Pak guru untuk mendapat penguatan!

8. Menggubah cerita fiksi bermuatan kearifan lokal dalam format teks atau video, bersumber dari 

    e-book berjudul Mbah Lancing.!

9. Menyelesaikan kegiatan menggubah cerita fiksi bermuatan kearifan lokal di rumah atau di luar jam 

    pelajaran sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun.

10. Menunjukan hasil kerja menggubah cerita fiksi bermuatan kearifan lokal, bersumber dari e-book 

      berjudul Mbah Lancing, dan meminta tangapan serta masukan dari Pak guru.

11. Memperbaiki hasil kerja menggubah cerita fiksi bermuatan kearifan lokal sesuai dengan

      tanggapan dan masukan dari Pak guru.

12. Menyimak video tutorial cara mengunggah file ke mading digital sekolah dengan meng-klik emoji

      raised hand ini!

13. Mengunggah hasil kerja cerita fiksi bermuatan kearifan lokal ke website mading digital sekolah 

      pada menu PTK dan PB.

      Untuk melihat tampilan menu PTK dan PB, klik emoji green heart ini! ðŸ’š

14. Pada akhir kegiatan pembelajaran menggubah cerita fiksi bermuatan kearifan lokal melalui 

      pembelajaran berdiferensiasi berbasis mading digital sekolah, lakukan refleksi 4F. 

      Untuk melihat pertanyaan pada refleksi F4, klik emoji blue heart ini! 💙


 


Demi Pembelajaran Berdiferensiasi karya Aris Margono

0 comments

Cerpen untuk teman-teman CGP-ku di kelas F

...

Memasuki pintu gerbang, para peserta lokakarya disambut hamparan rumput nan hijau dinaungi pepohonan yang menyejukkan pandangan. Sebuah taman kebun yang luas, sejuk dan segar menenteramkan perasaan. Pada sisi kanan taman kebun itu, berjajar ruang-ruang pertemuan menghadap ke utara. Pada sisi kiri, berdiri gedung bertingkat empat, tempat menginap para tamu hotel. Di bagian timur, sebuah masjid bertembok tebal kokoh berdiri dipenuhi peserta lokakarya yang menunaikan sholat lima waktu pada saat ishoma. Sesekali terdengar suara troli berisi barang-barang yang sedang didorong oleh karyawan hotel melewati jalan-jalan setapak di taman kebun, di antara desir angin menerpa dedaunan.

... 

Baca cerpennya dengan meng-klik 💓 tanda cinta ini


 

FILM DOKUMENTER GURU

0 comments


KERJAKAN YANG KITA TULIS, TULIS YANG KITA KERJAKAN
Naskah Film Dokumenter Karya Aris Margono 
 
        Pak Aris adalah seorang guru yang tinggal di rumah sederhana dengan istri tercinta dan seorang anak perempuannya yang masih duduk di bangku kelas enam SD. Mengawali hari, ia bangun tidur pukul 03.00 wib, kemudian pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka sekalian berwudhu. Usai wudhu, menuju ke ruang depan atau ruang tamu rumahnya untuk menghidupkan laptop lalu menulis satu atau dua paragraf atau kadang lebih sesuai dengan mood-nya. Pak Aris menulis apa saja yang ingin ditulisnya. namun, yang sering ia tulis adalah puisi, cerpen, novel, atau kadang best practice.

Ruang tamu yang tidak seberapa luas itu menjadi tempat yang serba guna bagi Pak Aris. Tempat untuk memajang buku-buku koleksinya, menjadi ruang kerja, tempat shalat, dan juga kadang tempat untuk makan. Seperti malam itu, usai memabaca ulang dan mengedit BAB I best practice yang dibuatnya untuk mengikuti lomba PJJ Inspiraif dalam rangka HUT PGRI Ke-76 dan Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2021.  Pak Aris shalat malam (tahajut, hajat, witir) , lalu makan sahur untuk puasa sunah Senin Kamis yang rutin ia amalkan.

Pak Aris bukan orang alim, Gus, apalagi Kyai. Ia hanya seorang guru SMP yang sederhana yang mencintai agamanya. Berusaha istiqomah mengamalkan ajaran dan anjuran agama yang ia rasa dapat memberikannya ketenangan jiwa. Pergi ke masjid untuk menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah, ia agendakan rutin mengikutinya terutama pada waktu subuh, asar, dan isha meskipun jarak rumahnya dari masjid cukup jauh sehingga ia merasa perlu naik motor untuk sampai ke sana.

Pada waktu subuh, sepulang dari shalat berjamaah di masjid, Pak Aris rutin membaca surat Arrahman. Pagi menjelang siang, saat matahari sepenggalah dan ia sudah berada sekolah, ditunaikankannya shalat duha di mushola sekolah untuk kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Waqingah. Saat tiba waktu magrib, ia shalat berjamaah dengan istri dan anaknya di ruang tamu rumahnya, kemudian membaca surat Al Mulk, dan mengajari anak dan istrinya membaca alquran dengan tajwid yang benar dan irama yang enak didengar, serta memaknainya dalam bahasa Indonesia. Khusus malam jumat, dibacanya surat Yasin dan tahlil, mengirim doa untuk keluarganya yang sudah berada di alam barzah.

Pagi itu, hari Senin. Pak Aris sudah terlihat rapi mengenakan PSH (Pakai Seragam Harian) berwarna abu-abu dengan papan nama di dada sebelah kiri dan lencana Korpri di dada sebelah kanan tepat di atas saku baju PSH-nya.  Tas punggung warna hitam berisi laptop dan beberapa berkas mengajar ada di dalamnya. Ia sudah siap berangkat ke sekolah dengan rasa optimis untuk melaksanakan tugas mengajar yang sudah menjadi panggilan jiwanya.

Seperti biasa, pagi hari sebelum KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai, semua guru dan karyawan berkumpul di ruang guru untuk mengikuti koordinasi yang dipimpin oleh Bu Tri selaku kepala sekolah tempat Pak Aris bekerja. Koordinasi diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh salah satu guru, dilanjutkan dengan evaluasi kegiatan rutin, dan info dinas serta penyampaian rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Saat koordinasi berlangsung, dari pengeras suara yang terpasang di beberapa sudut bangunan sekolah terdengar lagu-lagu kebangsaan yang diputar dari ruang tata usaha.

Koordinasi selasai, Bapak/Ibu guru bergegas ke kelas untuk mengajar sesuai jadwal mereka masing-masing. KBM hanya sampai jam ke empat karena masih PTM  (Pembelajaran Tatap Muka) terbatas. Siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap. Mereka secara bergantian mengikuti PTM, jika hari ini yang PTM kelompok ganjil, maka kelompok genap PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dari rumah.

Usai bel jam terakhir terdengar, Pak Aris menemui seniornya yang bernama Pak Yayit untuk minta kesedian beliau memberi koreksi dan masukkan pada pembelajaran yang beberapa minggu lalu dilakukan saat pembelajaran masih daring murni, belum ada PTM terbatas. Rencananya, pak Aris akan menuliskan pembelajaran itu menjadi best practice.

“Pak Yayit, saya membuat RPP Berdiferensiasi, sudah saya ajarkan di beberapa kelas, dan sudah saya videokan, ini videonya. Nah, rencananya akan saya buat menjadi best practice. Kalau berkenan mohon Pak Yayit memberi masukan!” ujar Pak Aris menyampaikan maksud hatinya pada Pak Yayit, rekan kerja yang dirasa sefrekuensi dengan dirinya untuk urusan tulis menulis.

“Oh, begitu Pak Aris. Ini bagus sekali. Ada lembar observasinya Pak Aris?” tanya Pak Yayit merespon dengan baik dan senang atas permintaan Pak Aris.

“Oh, ya, sudah saya siapkan. Silahkan Pak,” jawab Pak Aris, sambil mengambil lembar observasi dan menyerahkannya pada Pak Yayit.

“Ya, siap, siap Pak Aris,” kata Pak Yayit, setelah menerima dan membaca lembar observasi yang diberikan oleh Pak Aris.

Mereka berdua kemudian menyaksikan rekaman video pembelajaran berdiferensiasi yang sudah dipraktikkan oleh Pak Aris. Dengan cermat dan teliti, Pak Yayit mengamati dan menyimak tahapan-tahapan pembelajaran serta percakapan yang ada di dalam rekaman video pembelajaran berdiferensiasi itu. Tanda cheklist diberikan pada kolom pertanyaan atau pernyataan yang ada di lembar observasi saat kegiatan yang ditanyakan atau dinyatakan itu muncul atau dilakukan. Selain tanda cheklis ada juga beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan uraian. Semua dilakukan oleh Pak Yayit dengan sangat baik dan teliti demi untuk dapat memberikan koreksi dan masukan yang objektif pada Pak Aris.

“Pak Yayit, terimakasih ya, telah diobservasi. Mohon masukkan, kritik atau koreksi, apa pun untuk perbaikan pengajaran saya!” pinta Pak Aris setelah video pembelajaran berdiferensiasi itu selesai diputar dan Pak Yayit juga sudah selesai mengisi lembar observasi.

“Baik, terimaksih Pak Aris. Untuk pembelajaran, itu terjadi pembelajaran yang komunikatif dan efektif. Termasuk ada tindak lanjut dari Pak Aris. Tadi sudah diberikan semacam tugas. Dan, secara keseluruhan sudah good very good,” ungkap Pak Yayit yang semua bernada positif.

“Terimakasih Pak Yayit,” sahut Pak Aris seraya menyodorkan tangan mengajak bersalaman yang disambut oleh Pak Yayit dengan salam semangat.

“Ya, selamat Pak Aris,” ucap Pak Yayit mengakhiri forum ilmiah sederhana mereka siang itu.

Dengan perasaan penuh semangat untuk membuat best practice pembelajaran berdiferensiasi pada materi menulis cerpen di kelas IX B SMP Negeri 1 Mirit tahun pelajaran 2021/2022 guna diikutkan pada lomba PJJ Inspiratif dalam rangka HUT PGRI Ke-76 dan Hari Guru Nasional Tahun 2021, Pak Aris pulang ke rumah. Istrinya yang juga baru saja pulang kerja dan langsung menjemput anak mereka di tempat les bahasa Inggris yang berada di dekat sekolah anaknya itu, mereka berdua sudah terlihat berdiri kompak di depan pintu untuk menyambut kepulangan Pak Aris saat terdengar suara mobil yang dikendarai Pak Aris memasuki garasi rumahnya yang sempit dan penuh dengan barang-barang.

“Kerjakan yang Kita Tulis, Tulis yang Kita Kerjakan,” sebuah kalimat bijak yang Pak Aris dengar dari pengawas pembina sekolahnya, beliau Bapak Adhi telah memberikan spirit yang luar biasa pada diri Pak Aris untuk terus menulis dan berkarya. Juga motivasi tak henti dari Bu Tri, kepala sekolahnya dengan sebuah ungkapan yang memberikan sugesti begitu kuat pada Pak Aris, “Membacalah maka kita akan mengenal dunia, dan menulislah maka dunia akan mengenal kita.” 

 Tonton videonya dengan meng-klik 💓 tanda cinta ini

     


 

Musikalisasi Puisi Hujan Bulan Juni oleh Nabila

0 comments

HUJAN BULAN JUNI
Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak 
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya 
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu




 

Cerita Inspiratif Air dan Garam

0 comments


 Air dan Garam

         Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang seperti orang yang tidak bahagia.

            Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya  dengan saksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu ia duduk perlahan. "Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya...?" ujar Pak Tua itu.

“Pahit. Pahit sekali,” jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”

“Segar,” sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya Pak Tua lagi.

“Tidak,” jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. “Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam” untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Demikianlah, hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

Kerjakan pertanyaan berikut!

1. Telaahlah struktur pada cerita inspiratif tersebut!

2. Telaahlah kaidah kebahasaan cerita inspiratif tersebut!

3. Telaahlah isi teks cerita inspiratif tersebut!





 
. © 2016 Design by Manisum | Sponsored by bkktkm - bkktkm - bkktkm