468x60 Ads



Sukses untuk lulusan SMPN 1 MIRIT

Beriman, Santun, Berprestasi dan Terampil

Guru-Guru SMPN 1 Mirit

Guru adalah Pamong, orang tua pengganti yang dipercaya mendidik siswa-siswinya

Staf Tata Usaha

Syukuran HUT Sekolah Ke-40

Prestasi Tiada Henti

Semangat Berprestasi

Seimbangkan jiwa dan raga

HUT Sekolah ke-40

Study Tour 2020

Study Tour ke Jatim Park


TEKS CERITA FIKSI RADEN ARYO DAMAR OLEH KELOMPOK SUHADA KELAS VII G

0 comments

 


ANGGOTA :

1. FAJAR WALBAROKAH

2. ANAS

3. YUSUF

4. SIGIT

5. DIKA

Raden Aryo Damar

            Aryo Damar,  putra dari Dewi Reksolani kini sudah remaja. Ia tumbuh menjadi pemuda yang tampan, gagah, dan digjaya. Semua itu berkat didikan dari ibundanya dan eyangnya, Joko Kumbari. Aryo Damar sudah memantapkan hati untuk pergi menemui ayahandanya. Setelah berpamitan pada ibundanya, ia pergi meninggalkan Padepokan Alas Antogo menempuh perjalanan ke arah timur menuju Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya yang tidak lain adalah ayahandanya.

Tidak mudah bagi Ario Damar untuk bisa langsung bertemu dengan Prabu Brawijaya karena prajurit penjaga pintu gerbang istana tidak langsung mempercayainya.

“Prajurit, kalau kamu tidak percaya. Tolong tunjukkan sumping ini pada paduka. Setelah Paduka melihat sumping ini dan paduka tidak memperbolehkan aku untuk menghadap maka aku akan meninggalkan tempat ini,” kata Ario Damar pada prajurit penjaga pintu gerbang istana.

Benar kata Ario Damar, setelah prajurit menghadap Prabu Brawijaya dan menunjukkan sumping yang pernah sang Prabu berikan pada Dewi Rekso Lani saat pergi meninggalkan istana dalam keadaan hamil muda karena lingsem atau malu atas perkataan Prabu Brawijaya. Prajurit penjaga pintu gerbang istana itu kemudian meminta Ario Damar untuk menghadap langsung kepada paduka.

“Anak muda, siapa namamu?,” tanya Prabu Brawijaya dari singgasananya.

“Hamba Ario Damar putra Dewi Rekso Lani dari padepokan Alas Antogo,” jawab Ario Damar tegas, kemudian menundukkan pandangannya.

“Setelah kamu menunjukkan sumping ini, aku akui kamu sebagai putraku. Tetapi, untuk meyakinkanku bahwa kamu benar-benar putraku. Kamu harus memadamkan pemberontakan-pemberotakan yang terjadi di kerajaanku,” kata sang Prabu dengan berwibawa.

            “Dan, mulai saat ini kamu berhak memakai gelar raden di depan namamu,” ucap sang Prabu disaksikan segenap hadirin yang ada di paseban itu.

            “Terimakasih Sang Prabu, kalau begitu hari ini juga hamba mohon pamit untuk melaksanakan perintah paduka,” jawab Ario Damar hormat dan penuh rasa hormat.

 

VIDEO CERITA FIKSI KEGIGIHAN DEWI REKSOLANI KARYA KELOMPOK SLAYYY KELAS VII G

0 comments


 Tonton Videonya dengan Meng-Klik Emoji Smiling Face White Halo ini! 😇

TEKS CERITA FIKSI DEWI REKSOLANI KARYA KELOMPOK FISA LITAN KELAS VII G

0 comments



Anggota Kelompok : 

1. Intan Dwi Anggraini

2. Janatul Nggaliyah

3. Maisa Setia. M

4. Maheswari Fitria. A

 

                                                  KEGIGIHAN DEWI REKSOLANI               

Pada suatu hari di Kerajaan Pajajaran di tanah Pasundan ada seorang anak gadis yang sedang berpamitan kepada ayahandanya, yaitu Prabu Siliwangi.

“Ayah, aku mohon doa restumu, besok aku ingin pergi mengembara dan mencari banyak ilmu,” ucap Dewi Reksolani.

“Ayah izinkan kamu, semoga kamu menjadi seorang yang besar dan berguna bagi negeri. Kamu akan ditemani oleh Paman Joko Kumbari,” jawab Prabu Siliwangi

“Terimakasih Ayahanda,”

Tibalah hari dimana Dewi Reksolani ditemani Paman Joko Kumbari pergi mengembara ke daerah timur. Ia bernyanyi dengan riang.

Mendaki gunung

Lewati lembah

Sungai mengalir indah

Ke samudra

Bersama paman

Bertualang

Saat perjalanan panjang, Dewi Reksolani memutuskan untuk berhenti dan membuat padepokan di Alas Antogo.

Dari balik rimbunnya pepohonan terdengar suara tawa yang keras.

“Ha ha ha, ha ha ha, wahai gadis cantik, akulah penguasa Alas Antogo, serahkan barang berhargamu kalau tidak hal buruk akan menimpamu,” ancam sang perampok.

Pikir pimpinan grombolan perampok itu, Dewi Reksolani akan menyerahkan barang berharganya, tapi Dewi Reksolani dan Paman Joko Kumbari malah melawan perampok itu dengan berani.

“Hiat, hiat, hiat”

“Hiat, hiat, hiat”

“Hiat, hiat, hiat”

Dewi Reksolani dan Paman Joko Kumbari akhirnya berhasil mengalahkan para perampok penguasa Alas Antogo itu. Namun,  tiba-tiba Paman Joko Kumbari terdiam sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu. Dewi Reksolani pun bertanya.

“Paman kenapa Engkau terdiam?”

“Paman khawatir dengan keselamatanmu, apa sebaiknya kita pulang saja. Sepertinya Alas Antogo berbahaya bagi anak gadis sepertimu.”

“Terimaksih Paman, tapi tekadku sudah bulat. Ada keyakinan dalam diri, Alas Antogo ini tempat yang tepat untuk kita singgahi.”

“Baiklah jika itu sudah menjadi tekadmu. Paman akan selalu mendukung dan menjagamu sekuat tenaga. Semoga padepokan yang akan kita bangun dapat berguna bagi sesama,” kata Paman Joko Kumbari.

Berhenti Paman Joko kumbari berkata, tiba-tiba terjadi guncangan hebat. Tanah yang mereka pijak bergetar dan pepohonan bergoyang.

“Paman apa yang terjadi?” tanya Dewi Reksolani.

“Sepertinya ini gempa bumi,” jawab Paman Joko Kumabri.

Pada saat terjadi guncangan dahsyat itu, munculah benda pusaka.

“Benda apa ini paman?” tanya Dewi Reksolani.

Paman Jaka Kumbari mengetahuinya dan tersenyum.

“Ini adalah pusaka Cluntang yang berisi kutu-kutu walang antogo. kita bisa menggunakannya untuk membasmi kejahatan,” jawab Paman Joko Kumbari.

“Sungguh hamba bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, semoga perintah ayahanda Prabu Siliwangi dapat aku laksanakan dengan baik.”

Alas Antogo yang dulunya angker sekarang telah ditempati oleh Dewi Reksolani dan Paman Joko Kumabri. Padepokan yang mereka bangun sekarang telah ramai oleh orang yang ingin menimba ilmu dan belajar beladiri.

Demikian kisah dari Dewi Reksolani. Jadilah kalian anak yang gigih dan pemberani seperti Dewi Reksolani.

TEKS CERITA FIKSI MBAH LANCING KARYA KELOMPOK LOVELY LADIES KELAS VII G

0 comments

 

 ANGGOTA:

1. APRILLIA KHARISMAWATI

2. EKA SISWI PRAWESTI

3. DAYANA BATRISYA. K.D

 

Mbah Lancing

Mbah Lancing adalah putra dari Mbah Keti Joyo. Mbah Lancing memiliki nama asli Abullah Iman yang disebut Kyai Baji bin Dipodrono bin Keti Joyo.

Lancing artinya kain pengikat kepala. Semasa hidup, Kyai Baji gemar menggunkan ikat kepala saat pergi kemana-mana.

"Aku akan mengabdikan hidupku untuk menyebarkan agama Islam di wilayah ini," ucap Mbah Lancing atau Kyai Baji berbicara dengan ayahnya Mbah Keti Joyo.

      Dengan mendapatkan restu dari Ayahnya, Mbah Lancing memulai penyebaran Islam di pesisir selatan tanah Jawa.

"Ayo, kita kembangkan penyebaran agama Islam di wilayah ini", ucap Mbah Lancing kepada sahabatnya Mbah Kyai Marwi.

"Ayo, kita pergi ke desa-desa yang ada di sepajang pesisir pantai selatan tanah Jawa ini. Kamu ke arah barat aku ke arah timur," jawab Mbah Lancing.

      Bersama Mbah Kyai Marwi, Mbah Lancing merintis pemukiman di Desa Tlogo Mirit, Kebumen.

      Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk penyebaran agama Islam dengan ciri khas kain batik saat pergi ke mana pun sehingga orang-orang kemudian memanggilnya dengan sebutan Mbah Lancing.

      Setelah sepuh dan tidak bisa melakukan aktivitas dakwah, Mbah Lancing pulang ke rumah orang tuanya. Tidak lama kemudian Mbah Lancing wafat. Mbah Lancing dimakamkan di Desa Mirit, di komplek pemakaman Wonoyudo-1.

       Pusara Mbah Lancing memiliki keunikan, yaitu berupa tumpukan jarit atau kain batik di atas makamny. Semua itu dilakukan oleh para peziarah untuk memberi penghormatan atas jasa-jasanya menyebarkan agama Islam di wilayah Urut Sewu.

 

TEKS CERITA FIKSI ALAS ANTOGO KARYA KELOMPOK GARUDA KELAS VII G

0 comments

 


Anggota : 1. Ade Purwanto

                 2.  Azka Suhada

                 3. Hanif Zainul

                 4. Damar Pratama

 

                                                            ASAL ANTOGO

Dahulu kala ada sebuah hutan atau alas yang terkenal angker. Hutan itu dikenal dengan nama Alas Antogo. Alas Antogo berada di daerah Urut Sewu, yaitu sebuah wilayah yang membentang sepanjang pesisir Pantai Selatan. Batas sebelah barat adalah Desa Logending Kecamatan Ayah. Batas sebelah timur adalah sungai atau Kali Awu-Awu yang berada di perbatasan Kabupaten Purworejo dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada zaman dahulu Alas Antogo ditinggali oleh seorang gadis pengembara dan pamannya. Ia bernama Dewi Reksolani, putri dari Prabu Siliwangi Raja Pajajaran. Pamannya bernama Joko Kumbari. Mereka berdua membangun sebuah padepokan di Alas Antogo, setelah sebelumnya mengalahkan perampok penguasa Alas Antogo. Sesaat setelah  mereka bertarung melawan perampok, terjadi guncangan hebat yang disebut lindu atau semacam gempa sebagai pertanda munculnya sejata pusaka cluntang yang berisi kutu-kutu walang antogo.

"Paman,  kita tinggal di sini saja. Kita bangun padepokan di tempat ini!' ucap Dewi Reksolani pada pamannya Joko Kumbari.

"Tapi di sini berbahaya, banyak penjahat yang akan mengganggu ketenangan kita," jawab Paman Joko Kumbari.

"Ada keyakinan di hatiku kalau tempat ini cocok untuk kita tinggali," kata Dewi Reksolani meyakinkan Paman Joko Kumbari.

"Baiklah kalau itu sudah menjadi tekadmu. Paman akan selalu mendukung dan menjagamu," jawab Paman Joko Kumbari membuat Dewi Reksolani merasa lega.

Sejak saat itu, Alas Antogo yang duulunya angker, banyak dihuni para perampok menjadi aman dan tentaram. Warga di sekitar Alas Antogo berdatangan untuk berguru di padepokan yang didirikan oleh Dewi Reksoani dan Paman Joko Kumbari.


TEKS CERITA FIKSI DEWI REKSOLANI KARYA KELOMPOK CAH NDESO KELAS 7 G

0 comments

 

ANGGOTA :

1. RESTU DWI. R

2. M. RADIT

3. M. FAHRUL. D

4. ARYA BAYU. S

DEWI REKSOLANI

Pada suatu hari ada dua orang menghadap Raja Pajajaran. Mereka adalah Dewi Reksolani dan Pamannya Joko Kumbari. Dewi Reksolani bermaksud untuk berpamitan pada ayahnya, Prabu Siliwangi.

"Ayah, aku mohon doa restunya. Besok aku ingin pergi mengembara dan mencari banyak ilmu," ucap Dewi Reksolani.

"Ayah izinkan kamu, semoga kamu menjadi seorang yang besar dan berguna bagi negeri. Kamu akan minta ditemani oleh siapa?" tanya Prabu Siliwangi.

"Aku akan ditemani oleh Paman Joko Kumbari," Jawab Dewi Reksolani.

"Baiklah, berhati-hatilah dan jaga dirimu baik-baik," pesan Prabu Siliwangi pada putri kesayangannya itu.

"Baiklah, berhati-hatilah dan jaga dirimu baik-baik," pesan Prabu Siliwangi pada putri kesayangannya itu.

"Terimakasih Ayahanda," ucap Dewi Reksolani gembira.

Tibalah hari dimana Dwi Reksolani menggembara ke daerah timur. Saat perjalanan panjang, Dwi Reksolani memutuskan untuk singgah di Alas Antogo. 

        Tiba-tiba ada suara tawa yang terdengar dari balik pohon besar.  Ternyata itu suara tawa segrombolan perampok penguasa Alas Antogo. Mereka ingin mengambil barang bawaan milik Dewi Reksolani. Perampok itu berpikir, Dewi Reksolani akan memberikan barang bawaannya, tetapi Dwi Reksolani dan Paman Joko Kumbari malah melawan perampok itu dengan berani.

        Dewi Reksolani dan Paman Joko Kumbari berhasil mengalahkan para perampok. Namun, tiba-tiba Paman Joko Kumbari terdiam, dan Dewi Reksolani pun bertanya.

        "Paman, kenapa Engkau terdiam?"

         Paman Joko Kumbaro pun menajwab, "Aku khawatir akan keselamtanmu. Sepertinya Alas Antogo berbahaya bagi anak gadis sepertimu."

     Dewi Reksolani memahami kekhawatiran Paman Joko Kumbari. Ia pun berkata, "Terimakasih Paman, tapi tekadku sudah bulat. Ada keyakinan dalam diri jika Alas Antogo ini tempat yang tepat untuk kita singgahi."

          Baiklah jika itu sudah menjadi tekadmu. Paman akan selalu mendukung dan menjagamu," ucap Paman Joko Kumbari.

        Alas Antogo yang dahulunya angker, sekarang telah ditempati oleh Dewi Reksolani dan Paman Joko Kumbari. Padepokan yang mereka bangun ramai didatangi oleh orang-orang yang ingin menimba ilmu dan belajar bela diri.

 

 

 
. © 2016 Design by Manisum | Sponsored by bkktkm - bkktkm - bkktkm