Ruang
tamu yang tidak seberapa luas itu menjadi tempat yang serba guna bagi Pak Aris.
Tempat untuk memajang buku-buku koleksinya, menjadi ruang kerja, tempat shalat,
dan juga kadang tempat untuk makan. Seperti malam itu, usai memabaca ulang dan
mengedit BAB I best practice yang dibuatnya untuk mengikuti lomba PJJ
Inspiraif dalam rangka HUT PGRI Ke-76 dan Peringatan Hari Guru Nasional Tahun
2021. Pak Aris shalat malam (tahajut,
hajat, witir) , lalu makan sahur untuk puasa sunah Senin Kamis yang rutin ia
amalkan.
Pak
Aris bukan orang alim, Gus, apalagi Kyai. Ia hanya seorang guru SMP yang sederhana
yang mencintai agamanya. Berusaha istiqomah mengamalkan ajaran dan
anjuran agama yang ia rasa dapat memberikannya ketenangan jiwa. Pergi ke masjid
untuk menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah, ia agendakan rutin
mengikutinya terutama pada waktu subuh, asar, dan isha meskipun jarak rumahnya
dari masjid cukup jauh sehingga ia merasa perlu naik motor untuk sampai ke
sana.
Pada
waktu subuh, sepulang dari shalat berjamaah di masjid, Pak Aris rutin membaca
surat Arrahman. Pagi menjelang siang, saat matahari sepenggalah dan ia sudah berada
sekolah, ditunaikankannya shalat duha di mushola sekolah untuk kemudian dilanjutkan
dengan membaca surat Waqingah. Saat tiba waktu magrib, ia shalat berjamaah
dengan istri dan anaknya di ruang tamu rumahnya, kemudian membaca surat Al
Mulk, dan mengajari anak dan istrinya membaca alquran dengan tajwid yang benar dan
irama yang enak didengar, serta memaknainya dalam bahasa Indonesia. Khusus
malam jumat, dibacanya surat Yasin dan tahlil, mengirim doa untuk keluarganya
yang sudah berada di alam barzah.
Pagi
itu, hari Senin. Pak Aris sudah terlihat rapi mengenakan PSH (Pakai Seragam
Harian) berwarna abu-abu dengan papan nama di dada sebelah kiri dan lencana
Korpri di dada sebelah kanan tepat di atas saku baju PSH-nya. Tas punggung warna hitam berisi laptop dan
beberapa berkas mengajar ada di dalamnya. Ia sudah siap berangkat ke sekolah
dengan rasa optimis untuk melaksanakan tugas mengajar yang sudah menjadi
panggilan jiwanya.
Seperti
biasa, pagi hari sebelum KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai, semua guru
dan karyawan berkumpul di ruang guru untuk mengikuti koordinasi yang dipimpin
oleh Bu Tri selaku kepala sekolah tempat Pak Aris bekerja. Koordinasi diawali
dengan berdoa yang dipimpin oleh salah satu guru, dilanjutkan dengan evaluasi
kegiatan rutin, dan info dinas serta penyampaian rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam waktu dekat. Saat koordinasi berlangsung, dari pengeras suara
yang terpasang di beberapa sudut bangunan sekolah terdengar lagu-lagu
kebangsaan yang diputar dari ruang tata usaha.
Koordinasi
selasai, Bapak/Ibu guru bergegas ke kelas untuk mengajar sesuai jadwal mereka
masing-masing. KBM hanya sampai jam ke empat karena masih PTM (Pembelajaran Tatap Muka) terbatas. Siswa
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap. Mereka secara
bergantian mengikuti PTM, jika hari ini yang PTM kelompok ganjil, maka kelompok
genap PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dari rumah.
Usai
bel jam terakhir terdengar, Pak Aris menemui seniornya yang bernama Pak Yayit
untuk minta kesedian beliau memberi koreksi dan masukkan pada pembelajaran yang
beberapa minggu lalu dilakukan saat pembelajaran masih daring murni, belum ada
PTM terbatas. Rencananya, pak Aris akan menuliskan pembelajaran itu menjadi best
practice.
“Pak
Yayit, saya membuat RPP Berdiferensiasi, sudah saya ajarkan di beberapa kelas,
dan sudah saya videokan, ini videonya. Nah, rencananya akan saya buat menjadi best
practice. Kalau berkenan mohon Pak Yayit memberi masukan!” ujar Pak Aris
menyampaikan maksud hatinya pada Pak Yayit, rekan kerja yang dirasa sefrekuensi
dengan dirinya untuk urusan tulis menulis.
“Oh,
begitu Pak Aris. Ini bagus sekali. Ada lembar observasinya Pak Aris?” tanya Pak
Yayit merespon dengan baik dan senang atas permintaan Pak Aris.
“Oh,
ya, sudah saya siapkan. Silahkan Pak,” jawab Pak Aris, sambil mengambil lembar
observasi dan menyerahkannya pada Pak Yayit.
“Ya,
siap, siap Pak Aris,” kata Pak Yayit, setelah menerima dan membaca lembar observasi
yang diberikan oleh Pak Aris.
Mereka
berdua kemudian menyaksikan rekaman video pembelajaran berdiferensiasi yang
sudah dipraktikkan oleh Pak Aris. Dengan cermat dan teliti, Pak Yayit mengamati
dan menyimak tahapan-tahapan pembelajaran serta percakapan yang ada di dalam
rekaman video pembelajaran berdiferensiasi itu. Tanda cheklist diberikan pada
kolom pertanyaan atau pernyataan yang ada di lembar observasi saat kegiatan yang
ditanyakan atau dinyatakan itu muncul atau dilakukan. Selain tanda cheklis ada
juga beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan uraian. Semua dilakukan oleh
Pak Yayit dengan sangat baik dan teliti demi untuk dapat memberikan koreksi dan
masukan yang objektif pada Pak Aris.
“Pak
Yayit, terimakasih ya, telah diobservasi. Mohon masukkan, kritik atau koreksi,
apa pun untuk perbaikan pengajaran saya!” pinta Pak Aris setelah video
pembelajaran berdiferensiasi itu selesai diputar dan Pak Yayit juga sudah selesai
mengisi lembar observasi.
“Baik,
terimaksih Pak Aris. Untuk pembelajaran, itu terjadi pembelajaran yang
komunikatif dan efektif. Termasuk ada tindak lanjut dari Pak Aris. Tadi sudah
diberikan semacam tugas. Dan, secara keseluruhan sudah good very good,” ungkap
Pak Yayit yang semua bernada positif.
“Terimakasih
Pak Yayit,” sahut Pak Aris seraya menyodorkan tangan mengajak bersalaman yang
disambut oleh Pak Yayit dengan salam semangat.
“Ya,
selamat Pak Aris,” ucap Pak Yayit mengakhiri forum ilmiah sederhana mereka
siang itu.
Dengan
perasaan penuh semangat untuk membuat best practice pembelajaran
berdiferensiasi pada materi menulis cerpen di kelas IX B SMP Negeri 1 Mirit
tahun pelajaran 2021/2022 guna diikutkan pada lomba PJJ Inspiratif dalam rangka
HUT PGRI Ke-76 dan Hari Guru Nasional Tahun 2021, Pak Aris pulang ke rumah. Istrinya
yang juga baru saja pulang kerja dan langsung menjemput anak mereka di tempat
les bahasa Inggris yang berada di dekat sekolah anaknya itu, mereka berdua sudah
terlihat berdiri kompak di depan pintu untuk menyambut kepulangan Pak Aris saat
terdengar suara mobil yang dikendarai Pak Aris memasuki garasi rumahnya yang
sempit dan penuh dengan barang-barang.
“Kerjakan
yang Kita Tulis, Tulis yang Kita Kerjakan,” sebuah kalimat bijak yang Pak Aris
dengar dari pengawas pembina sekolahnya, beliau Bapak Adhi telah memberikan
spirit yang luar biasa pada diri Pak Aris untuk terus menulis dan berkarya. Juga
motivasi tak henti dari Bu Tri, kepala sekolahnya dengan sebuah ungkapan yang
memberikan sugesti begitu kuat pada Pak Aris, “Membacalah maka kita akan
mengenal dunia, dan menulislah maka dunia akan mengenal kita.”
Tonton videonya dengan meng-klik 💓 tanda cinta ini