468x60 Ads



Sukses untuk lulusan SMPN 1 MIRIT

Beriman, Santun, Berprestasi dan Terampil

Guru-Guru SMPN 1 Mirit

Guru adalah Pamong, orang tua pengganti yang dipercaya mendidik siswa-siswinya

Staf Tata Usaha

Syukuran HUT Sekolah Ke-40

Prestasi Tiada Henti

Semangat Berprestasi

Seimbangkan jiwa dan raga

HUT Sekolah ke-40

Study Tour 2020

Study Tour ke Jatim Park


WAKTU

0 comments

Tepat Memanfaatkan Waktu | Greatmind
                                                                               
WAKTU
Puisi Karya : Rohani Wulandari. Kelas 8 B
                                                            
Detik-detik….
Menit-menit….
Tak  kan  ada  yang  bisa
menghentikannya

walau  jam  tak  berdetik…..
Namun  bumi  akan  selalu mengelilingi  bulan
Dan  matahari…..
Waktu  terus  berjalan….
                                                         
Tak kan  bisa kembali  kemasa  lalu….
Walau dikata ada mesin waktu….
Walau waktu terus berjalan…..
Inilah  waktu yang  tak  pernah  berhenti….
                             


Lama Menunggu

0 comments


LAMA MENUNGGU
Puisi Karya: Dea Erni Ewitasari. Kelas 8 B

Membenci sesuatu yang seharusnya dibenci
Menanti sesuatu yang belum pasti
Melihat betapa penantian tak akan memberi jawaban
Hanya berupa tanda tanya besar

Tak akan ada orang yang suka menunggu
Menghitung waktu yang pasti
Bahkan secarik kertas melayu
Bagai daun yang mati ditelan waktu






Mimpi Pemuda Desa

0 comments

Himpunan Kepemudaan Mimpi Anak Desa (HIMADE) Gelar Aksi Sosial ...

Mimpi Pemuda Desa
Cerpen Karya : Aris Margono

Musim panen tahun ini cukup membuat wajah para petani menyunggingkan senyum penuh kebahagiaan. Rasa panas dan letih bekerja di bawah terik matahari tidak mampu melunturkan senyum di bibir mereka. Wajah-wajah berkeringat tampak sumringah disela kesibukan membawa pulang butiran padi yang kuning penuh isi.
 Hari belum terlalu sore, udara masih terasa agak panas. Sesekali angin bertiup kencang membawa apa saja yang dapat diterbangkan.
“Gus, bangun! katanya mau membantu ayahmu membawa pulang padi dari sawah,” kata Ibu Sri sambil mengetuk pintu kamar anak bungsu kesayangan dan kebanggaannya itu.
“Ya Bu, sebentar,” jawab Agus sambil matanya masih tetap terpejam. Sepertinya seluruh anggota tubuhnya masih ingin istirahat lebih lama lagi. Maklum, baru tadi pagi sekitar pukul sepuluh ia pulang dari Jogja.
            Tidak lama berselang, tampak Agus sudah mengayuh sepeda di atas jalan beraspal yang melintasi depan rumahnya. Sesekali ia terlihat bertegur sapa dengan orang-orang kampung yang berpapasan dengannya atau kadang bertegur sapa dengan orang-orang yang sedang sibuk mengangkat jemuran gabah di sepanjang jalan yang ia lewati. Sudah menjadi pemandangan yang biasa di kampungnya, bila setiap musim panen tiba sebagian badan jalan dimanfaatkan oleh warga kampung untuk menjemur gabah. Pikiran kritisnya sebagai mahasiswa muncul, “Ini tidak benar, ini kan jalan raya, jelas mengganggu pemakai jalan, dan tentunya juga melanggar peraturan.”
            Rumah Agus malam itu kelihatan sepi. Tetangga kanan-kiri yang biasanya ikut asyik menonton acara televisi di rumahnya tak ada satu pun yang tampak. Teman-temannya yang biasanya menyempatkan diri datang ke rumah saat mereka tahu ia pulang dari Jogja, malam itu juga tidak ada yang muncul. Mungkin tubuh mereka terlalu capek setelah seharian bekerja di sawah, sehingga lebih memilih untuk istirahat di rumah.
“Bu, Agus ada problem nih…” ucap Agus seperti mahasiswa yang hendak berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya.
“Masalah uang lagi,” jawab ibunya ketus.
“Bukankah uang semesteranmu sudah diberikan bulan kemarin,” lanjutnya.
Ibu Sri wanita paruh baya bertubuh mungil yang sebagian rambutnya sudah memutih itu memang terkenal jeli untuk urusan uang.
 “Bukan itu Bu, tapi masalah usulan saya dan teman-teman karang taruna yang sebulan lalu itu lho, sepertinya kok belum ada tindak lanjut.”
“Memang tidak mudah untuk mewujudkan hal itu, butuh waktu, biaya, tenaga, pemikiran, dan dukungan serta kerja keras dari berbagai pihak. Ya, mudah-mudahan saja dapat terwujud,” ucap pak Salam dengan santai dan bijak.
Rupanya ia yang sedari tadi terlihat asyik menonton acara televisi kesukaannya ikut juga menyimak pembicaraan anak dan istrinya itu.
            Agus yang dipercaya sebagai ketua karang taruna, sebulan yang lalu bersama teman-temannya serta didukung oleh warga masyarakat mengajukan usulan kepada pemerintah desa melalui BPD (Badan Perwakilan Desa). Usulan itu berisi tentang gagasannya agar warga kampung secara swadaya membendung sungai yang melintasi persawahan di kampungnya. Bedungan tersebut diberi pintu air yang dihubungkan ke saluran irigasi. Dengan demikian, air yang mengalir di irigasi bisa dikontrol melalui pintu air tersebut. Jika, irigasi kekurangan air, bisa dialiri dengan air sungai. Sebaliknya, jika irigasi kelebihan air, bisa dibuang ke sungai. Dengan begitu, para petani bisa panen setahun tiga kali. Tidak seperti sekarang, setahun hanya bisa panen sekali karena sawah mereka sawah tadah hujan.
            Kenyataan yang ada berkenaan dengan saluran irigasi yang melintasi kampung di mana Agus tinggal memang cukup memprihatinkan. Sejak ia masih kecil hingga sekarang sudah menjadi mahasiswa, saluran irigrasi itu sama sekali tidak membawa kemanfaatan bagi para petani di kampungnya. Sering kali justru menyengsarakan mereka. Bagaimana tidak, di saat musim penghujan tiba, tanaman mereka sudah cukup air, malah ditambah dengan air yang datang melalui saluran irigrasi tersebut. Giliran musim kemarau, ketika tanaman mereka membutuhkan air, tak ada sedikit pun air yang sampai ke kampungnya. Hal itulah yang akan Agus dan teman-temannya perjuangkan. Demi kemakmuran kampungnya.
            Malam semakin larut, udara bertambah dingin. Kedua orang tua Agus sudah beberapa saat yang lalu pergi tidur. Sinema Asia yang menampilkan aktor idolanya baru saja usai. Ia segera mematikan televisi dan bergegas menuju kamar tidurnya. Cerita seru penuh adegan laga dari aktor idolanya tidak lagi menarik untuk diingatnya. Pikirannya sudah penuh dengan bayangan-bayangan indah apabila gagasannya yang sekarang sedang diperjuangkan bersama teman-teman dan warga kampung menjadi kenyataan.
Tiga tahun telah berlalu. Agus sudah lulus dari kuliahnya dan diwisuda menjadi sarjana teknik. Namun, usulan Agus masih juga belum terealisasi. Kecintaan Agus pada kampung halaman membuat Agus tidak ingin bekerja di kota. Ia memilih tinggal di desa, turut memajukan desa dengan menjadi ketua karang taruna sampai dua periode. Pada saat pemerintah kabupaten menggelar pilkades, Agus mencalonkan diri sebagai kepala desa bersaing dengan calon-calon yang lainnya. Visi dan misi yang Agus sampaikan pada warga desa dan program kerja yang ia paparkan mampu membuat warga desa menaruh harapan pada kepimimpinan Agus. Meskipun Agus merupakan calon kades yang paling muda, namun dedikasi dan kiprahnya untuk kemajuan desa melalui organisasi karang taruna yang selama ini dipimpinnya sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh warga desa. Agus terpilih menjadi kepala desa dengan bersih tanpa wuwuran atau money politik.
Bersamaan dengan terpilihnya Agus menjadi kepala desa, pemerintahan Persiden Jokowi menepati janji kampanyenya mengenai percepatan pembangunan ekonomi dan infrasrtuktur  dengan menggelontorkan dana desa yang dikenal dengan  jargon satu desa satu milyar. Berkat dana tersebut, mimpi dan harapan Agus agar para petani di desanya bisa panen setahun tiga kali dapat terwujud. Mimpi pemuda desa yang peduli dan cinta pada desanya kini telah menjadi kenyataan.

Ayu Wardati Juara 1 Lomba Lukis Inklusi Tingkat Kecamatan Mirit

0 comments

Pemerintah kecamatan Mirit, kabupaten Kebumen mengadakan lomba lukis Insklusi. Lomba dilaksanakan pada hari bertempat di pendopo kecamatan Mirit. Peserta lomba siswa-siswi SD dan SMP se-kecamatan Mirit. Perwakilan dari SMP Negeri 1 Mirit a.n Ayu Widarti dari kelas 9-D mendapat juara 1 dalam gelaran lomba ini.

Annisa Juara 3 Lomba Membaca Puisi

0 comments

Annisa Nurul Hidayah dari kelas VIII.A mendapat juara 3 lomba membaca puisi dalam acara Festival Ma'rifat SMK Ma'arif 4 Kebumen. Annisa membacakan puisi yang berjudul Dengan Jaket Berlumur  Darah karya Taufik Ismail.

Perlombaan dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 November 2019 bertempat di SMK Ma'arif 4 Kebumen, jalan Aroembinang No. 25 Kebumen. Peserta lomba berasal dari 30 sekolah tingkat SMP/MTs se-Kabupaten Kebumen . 



Lomba Perpustakaan Sekolah 2019

0 comments

Sabtu, 28 Oktober 2019 tim penilai lomba perpustakaan sekolah tingkat SMP/MTs se-kabupaten Kebumen melaksanakan visitasi di perpustakaan "Dunia Pustaka" SMP Negeri 1 Mirit. Tim penilai berjumlah tiga orang, berasal dari unsur Dinas Pendidikan dan Perpustakaan Daerah kabupaten Kebumen. 

Satu minggu sebelum visitasi, peserta lomba perpustakaan sekolah diminta untuk mengisi instrument penilaian dan mengirimnya kepada panitia. Selain itu, peserta juga diminta untuk mengirim profil perpustakaan dalam vormat video. Dikirim dalam bentuk file dan diserahkan kepada panitia lomba perpustakaan sekolah tahun 2019 bersama instrumen penilaian yang telah diisi disesuaikan dengan kondisi perpustaakan yang diikutkan dalam perlombaan.

Tahap berikutnya, panitia lomba perpustakaan sekolah tingkat SMP/MTS se-kabupaten Kebumen melaksanakan seleski adminstrasi berdasarkan instrument penilian yang telah didisi oleh peserta lomba dan video profil perpustakaan yang telah dikumulkan oleh peserta lomba kepada panitia. Dari hasil seleksi adminstrasi ditentukan enam perpustakaan sekolah yang lolos untuk mengikuti tahapan lomba berikutnya, yaitu dilakukan visitasi oleh tim penilai. 

Kegiatan visitasi dilakukan oleh tim penilai lomba perpustakaan sekolah untuk mengecek kesesuaian antara instrument penilaian lomba perpustakaan sekolah yang telah diisi oleh peserta lomba dengan kondisi riil dan bukti fisik yang ada di pustakaan sekolah yang mengikuti perlombaan. Hasil visitasi oleh tim penilai lomba perpustakaan sekolah menjadi dasar untuk menentukan pemenang lomba perpustakaan sekolah tingkat SMP/MTs se-kabupaten Kebumen tahun 2019.













KELOMPOK TEMPO

0 comments

Kelompok Tempo
Nama Anggota :
1. Rian Safingi
2. Fauzan Nur Pratama
3. Ridwan Nur Hidayat
4. Bintang Setya. S
5. Fajar Widianto

Penusuk Wiranto Gunakan Senjata Pisau Ninja ala Naruto



        Penusuk Menko Polhukam Wiranto seorang laki-laki berinisaial SA dan perempuan berinisal FA. Polisi telah memastikan keduanya merupakan kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) Bekasi.

      Wiranto mengalami luka tusuk di bagian perut. Berdasarkan foto yang viral. Pisau yang digunakan untuk menusuk Wiranto berupa pisau kecil yang ujungnya runcing dan tajam. Pisau itu mirip dengan pisau yang ada di film animasi Jepang, salah satunya Naruto. Pisau itu dikenal dengan nama pisau lempar kunai.

         Jenderal Wiranto diserang sesaat setelah mengunjungi peresmian gedung baru Matha'lul Anwar, Pandeglang, Banten, Kamis 10 Oktober, pukul 11.55. Wiranto dilarikan ke RSUD Pandeglang.



Ingin Ku Katakan

0 comments


Ingin Ku Katakan
Puisi Karya : Aris Margono

Matanya mengerjap
Kedua bening di telaga matanya
Mengunci jiwaku
Sepasang angsa berenang di atas telaga
Seperti gugusan awan putih
Selembar daun jatuh hinggap slow
Di rambutnya
Kubiarkan keindahan yang dramatis itu
Terus mengada
Aku hendak mengucap
Kata-kata yang kutakutkan
Aku duduk tertunduk
Memandang patah ranting kering
Rasa sakit dan bahagia bersanding
Aku berharap kata-kata yang kutakutkan itu
Mengalir begitu saja
Dan angin yang baik menerbangkan
Ke dekat telinga
 


Foto Hanya Pemanis 


 
. © 2016 Design by Manisum | Sponsored by bkktkm - bkktkm - bkktkm