Dramaturgi Sejarah Negeri
Puisi Karya: Dra Tri Wahyuni, M.M.
Pagi
buta,anakku yang mulai beranjak dewasa
bertanya
“Ibu”
“Ya, nak”
“Aku bingung
dengan sejarah negeri kita”
“Lho?”
“Iya bu,
dari berbagai referensi yang aku simak, ada dua versi sejarah bertumbuhnya
negeri kita
Ada versi
yang menyejarahkan suatu pertumbuhan dimana suatu masa ada tonggak sejarah baru
dengan lahirnya
pahlawan baru,
bak pahlawan
kemerdekaan yang rela berkorban
sampai titik
penghabisan
Ada versi
lain yang menolak tonggak sejarah itu
dengan narasi
dan argumentasi berbeda”
“Ah, kau
pagi begini bertanya sejarah
Ibu lagi
mengiris bawang merah
Tak tahu lah”
“Menurut guru
sejarahmu versi mana yang diajarkan?”
tanyaku lagi
“Guru
sejarahku sama dengan yang ada di buku-buku pelajaran,Bu,
Versi pertama
Tapi aku
tidak yakin benar itu bu
Jangan-jangan
guru sejarah hanya menjiplak
untuk mencari
keamanan tanpa kebenaran
Mana yang
benar itu bu
Versi
pertama atau versi berikutnya”
“Huss, jangan
berprasangka buruk,
Ibu bukan
ahli sejarah,nak
Ibu hanya
tahu bagaimana memotivasimu supaya rajin
bersekolah
Untuk masa
depan hidupmu”
“Ah, ibu mah
tidak memberi jawaban”
“Untuk ap
jawaban itu, nak
Karena
pertanyaanmu juga tak ada yang bisa
menjawabnya kecuali
pelaku sejarah itu”
“Pelaku
sejarah atau pelakon sejarah bu”
“Kamu tak
usah bertanya yang sulit-sulit, nak”
“Ibu yang
menjawab berbelit-belit,
sebetulnya ibu
tahu jawabannya kan”
“Dan kamu
juga tidak perlu bertanya karena kamu
sudah tahu
jawabanya”
Anak remaja
yang mulai dewasa sudah mampu
Menalar
Ada yang tak
beres dengan sejarah negerinya
‘Pelaku
sejarah atau pelakon sejarah?’
Sebuah Tanya
yang menakjubkan
Aku jadi
tertegun
Anak kecil
sudah meraba ada lakon sejarah di
negerinya
Ada lakon
artinya ada yang melakonkan?
Dramaturgi
sejarah negeri?
Betapa mengharukan
Puluhan tahun
kita khidmat dengan sejarah bangsa
Ternyata hanya
lakon drama
Kita tak
lebih penonton boneka
Yang dimainkan
tanpa cela
Betapa kasihan
anak negeri
Kalau
sejarah hanya sebuah drama lantas
apa yang
bisa dibanggakan dari sebuah kepalsuan
Apa yang
bisa ditegakkan kalau mental pendahulu
penuh tipu
Akhirnya
kututup Tanya ragu anakku
“Tak perlu
mempertanyakan sejarah nak,
Tak penting
itu
Saat ini
karakter dan kejujuranmu yang ditunggu
Negerimu”
0 comments:
Post a Comment